-->

Cara Menulis Naskah Drama yang Baik (Bagian 2)

Cara Menulis Naskah Drama yang Baik (Bagian 2) - Sebelum memulai sebuah pertunjukkan drama, biasanya para pemain akan membaca naskah drama terlebih dahulu. Naskah drama yaitu kertas yang berisi uraian kisah yang akan dimainkan/ ditampilkan oleh seluruh pemeran. Menulis naskah drama bukanlah sebuah hal yang simpel. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penulisannya. Berikut ini ialah Tutorial menulis naskah drama yang baik (bagian 2).

Bagian 2: Buatlah Struktur dongeng Drama


Dalam membuat struktur cerita drama, ada beberapa hal yang harus sahabat – sahabat perhatikan sebagai berikut.

1) Mulailah dengan penulisan one-act play bilalau kau masih tergolong penulis gres


Sebelum menulis sebuah naskah drama, kau harus mempunyai pandangan ihwal bagaimana struktur kisahmu itu. One-act play ialah struktur naskah drama yang mempunyai alur crita lurus tanpa adanya gangguan atau aksesori lain. Jenis penulisan ini baik untuk kau yang tergolong masih gres dalam hal penulisan naskah drama. Beberapa tumpuan dari penulisan naskah drama one-act play adalah Gettysburg (oleh Percy MacKaye) dan The Bond (oleh Robert Frost and Amy Lowell). Meskipun jenis penulisan ini mempunyai struktur kisah yang sederhana, namun ingatlah bahwa semua cerita membutuhkan belahan cerita yang berupa serpihan awal cerita (exposition), cuilan konflik (rising tension), dan juga kepingan jawaban kisah (resolution).

2) Jangan batasi panjang tulisanmu


One-act structure tidak ada hubungannya dengan durasi (panjang – pendeknya waktu pertunjukkan). Jenis kisah yang menggunakan penulisan ini memiliki panjang waktu yang bervariasi, mulai dari 10 menit sampai dapat lebih dari satu jam.

Flash drama yaitu jenis drama yang mempunyai panjang waktu one-act play yang sangat singkat, mampu berupa beberapa detik sampai 10 menit saja. Jenis drama ini baik untuk dilakukan di sekolah dan pertunjukkan theater untuk komunitas, serta baik untuk kompetisi flash theater dikarenakan waktu yang tidak terlalu panjang dan mempunyai alur yang lurus dan tidak berbelit-belit.

Advertisement

3) Gunakan ¬two-act play untuk jenis kisah drama yang lebih kompleks


Struktur drama two-act play yaitu struktur yang paling sering digunakan dalam theater kontemporer, rujukannya seperti The Homecoming (oleh Harold Pinter) dan Hölderlin (oleh Peter Weiss). Meskipun pada umumnya tidak ada aturan ihwal seberapa lama setiap adegan berlangsung, jenis struktur ini mempunyai panjang sekitar setengah jam untuk pertunjukannya sehingga mengatakan para penonton waktu jeda antar pertunjukkan/ adegan. Waktu jeda tersebut mengatakan para penonton waktu untuk beristirahat sejenak, memikirkan apa yang baru saja terjadi, dan mendiskusikan konflik yang telah ditampilkan pada pertunjukkan awal. Namun, jenis struktur drama two-act play ini menciptakan beban kerja para kru meningkat untuk berganti set, kostum, dan make-up. Waktu jeda biasanya hanya berlangsung sekitar 15 menit, Makara pastikan setiap kru mengerjakan pekerjaannya dalam rentang waktu tersebut.

4) Perhatikan penghubung antara penggalan awal kisah yang menuju ke konflik kisah


Struktur drama two-act play mengubah lebih dari sekedar jumlah waktu yang para kru miliki untuk membuat perubahan teknis. Berhubung para penonton mempunyai waktu istirahat (waktu jeda) pada dikala pertengahan pertunjukkan, kau tidak mampu membuat kisah mu sebagai sebuah dongeng yang hanya mengalir datar begitu saja. kau harus membuat waktu jeda di antara ceritamu yang  membuat para penonton menjadi tegang dan penasaran bagaimana akhir dari dongengmu tersebut. ketika para penonton kembali dari waktu jeda, mereka harus kembali pada potongan titik puncak kisah. Terdapat beberapa hal yang harus kau ketahui ihwal two-act structure ini yaitu sebagai berikut:

Kejadian percobaan (inciting incident) harus terjadi pada pertengahan kepingan cerita awal, sehabis pecahan pengenalan awal (background exposition).

Letakkan beberapa adegan (adegan dramatis, tragis, atau komedi) sehabis kejdian percobaan (inciting incident) yang akan meningkatkan tensi / ketegangan para penonton. Adegan - adegan ini haruslah membangun sebuah konflik yang akan terselesaikan pada pecahan tanggapan dongeng drama awal.

Akhirilah kisah drama awal mu sehabis poin titik puncak tertinggi dalam dongeng untuk belahan jeda. Pada cuilan jeda ini, kisah akan menggantung dan para penonton akan menjadi semakin penasaran, sehingga mereka akan kembali menonton kelanjutan kisah drama dengan rasa ingin tahu yang lebih besar akan balasan dari kisah tersebut.

Mulailah pecahan awal dari bagiajn kisah kedua (bagian kisah setelah waktu jeda) dengan tingkat ketegangan yang lebih rendah daripada adegan sebelum kepingan awal berakhir. sehabis waktu jeda berakhir dan pertunjukkan kedua dimulai, sebaiknya mulailah dengan adegan yang agak ringan sehingga penonton sanggup mengikuti keadaan terlebih dahulu sebelum menghadapi potongan konflik kisah.

Sebelum penggalan tanggapan dari dongeng dimulai, berikanlah beberapa adegan yang akan meningkatkan ketegangan penonton dan poin tertinggi titik puncak / konflik dongeng.

Pada potongan akibat dongeng, buatlah supaya ketegangan penonton menurun dengan adegan yang berisi solusi konflik (falling action). Meskipun tidak semua kisah drama sanggup berakhir bhagia, namun penonton harus mencicipi bahwa ketegangan yang mereka rasakan selama pertunjukkan telah menurun.

5) Gunakan three-act structure bila kau ingin menulis kisah yang kompleks dan panjang


Jika kau ialah seorang yang gres memulai menulis naskah drama, kau mungkin akan menggunakan struktur one-act atau two-act play. Hal ini lantaran kalau kau menggunakan three-act play structure, penonton akan diminta untuk duduk melihat pertunjukanmu selama 2 jam! Butuh pengalaman yang banyak dan kemampuan yang lebih untuk sanggup membuat duduk menonton sebuah pertunjukkan selama 2 jam.namun, kalaulau cerita yang ingin kau tanpilkan itu ialah kisah yang kompleks, kau sanggup menggunakan three-act structure ini. Sama seolah-olah two-act play¸ pada jenis struktur drama ini juga memungkinkan pemain untuk bergainti set, kostum pada waktu jeda. Setiap kepingan kisah haruslah mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

(Cara Menulis Naskah Drama yang Baik (Bagian 3))

Demikianlah Tutorial menulis naskah drama yang baik (bagian 2). supaya beberapa hal tersebut sanggup membantu memudahkan sahabat – sahabat dalam menulis naskah drama. Terima kasih.

0 Response to "Cara Menulis Naskah Drama yang Baik (Bagian 2)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel