Contoh Cerpen tentang Lingkungan Hidup
Contoh Cerpen perihal Lingkungan Hidup - Mau baca teladan serpen yang menceritakan mengenai lingkungan hidup? Temukan disini. :)
Terselamatkan oleh Alam
Pada suatu hari yang sangat tenang dan hening, dimana burung berkicau dengan suka cita dan pepohonan sedang bermain dengan angin menari – nari ke sana kemari hingga menghasilkan gerakan yang sangat indah. Namun, ketenangan itu kini terusik dengan bunyi mesin yang merong – rong memilukan hati, dan juga suara gemuruh dari pepohonan yang tumbang.
Tak jauh dari tempat tersebut, tinggalah seorang kakek yang sangat tua dan renta. Ia terbangun dari tidur siangnya akibat dari bunyi yang memekikan telinga itu. Dengan segera sang kakek berdiri dari bangku bambunya dan menuju sumber bunyi tersebut.
“Hey kalian hentikan perbuatan itu,” teriak sang kakek kepada gerombolan penebang kayu itu.
Tetapi, para penebang kayu di dalam hutan itu tidak menggubris sedikitpun perkataan kakek. sesudah berusaha dengan sekuat tenaga, sang kakek berhasil mendekat ke arah penebang kayu. dia pun menghentikan penebangan tersebut dengan berdiri di akrab gergaji mesin itu.
“Apa yang kau lakukan Pak bau tanah, apa kau mau cari mati,” teriak salah seorang di antara mereka.
“Aku tidak akan membiarkan kalian terus menebang pepohonan di hutan ini. Apakah kalian tidak mengetahui bahwa aneka macam makhluk hidup yang sangat bergantung dengan mereka. Apakah kau juga tidak mengetahui akhir yang akan terjadi kalau semua pohon di sini habis kau tebangi,” teriak kakek itu.
Para penebang pohon yang merasa terganggu dengan kehadiran sang kakek merasa kesal, bahkan mereka membawa sang kakek dengan paksa untuk menjauhi lokasi tersebut.
Pohon yang mereka tebangi merupakan daerah hutan yang berada di atas bukit. Hutan tersebut pada mulanya sangat asri, tetapi semenjak kehadiran perusahaan Furniture di bawah kaki bukit itu, banyak orang berbondong – bondong menebang kayu untuk dijual.
Sang kakekpun tidak tinggal membisu, segera beliau pergi menemui kepala desa. dia mengadukan semua kejadian itu. Namun, bukannya kepala desa itu membantunya, ia malah menyarankan sang kakek untuk pindah dari rumahnya dan tinggal di bawah bukit seolah-olah mereka.
Advertisement
Mendengar balasan tersebut sang kakek merasa kecewa, dia tidak menyangka ternyata orang – orang di sini juga ikut terlibat dengan acara yang sangat memalukan itu. Dengan hati yang pedih kakek itu menuju rumahnya. Di sepanjang jalan ia bengong dan mengingat kembali periode – abad kecilnya. kurun dimana dia dan teman – temannya bermain di bukit itu. banyak sekali hewan yang mereka temui, seperti burung dan rusa. Mereka juga selalu menjaga hutan itu. Tak jarang dikala sang kakek kecil, beliau dan sahabat – temannya sering bertengkar dengan pemburu hutan. Namun kini, jaman telah berubah, hutan telah menjadi gundul dan hewan – binatang telah kehilangan tempatnya. Musuh mereka yang dahulu pemburu kini bermetamorfosis penebang kayu.
Hal yang menambah kesedihan kakek itu ialah tiada lagi perjaka – pemuda yang peduli dengan hutan, bahkan merekalah yang menjadi pemain drama di balik kehancuran hutan. sehabis berjalan dengan cukup lama sang kakek pun tiba di rumahnya. Ia pun duduk di dingklik bambunya dan mencari jalan keluar untuk menghentikan itu semua.
“Aku tidak bisa menghentikan para penebang kayu, kalau begitu aku akan menanam pepohonan. jika mereka merubuhkan satu, akau akan menanam sepuluh,” ujar kakek tersebut.
Mulai dari hari itu sang kakek terus menanam pepohonan. Hari telah berganti, pepohonan di atas bukit telah hampir habis, dan pohon – pohon yang kakek tanam masih kecil. Perbuatan kakek ini dilihat oleh para penebang kayu itu, tetapi hati mereka tidak juga tergugah, malahan mereka menginjak – nginjak bibit yang kakek itu tanam. kejadian tersebut semakin bertambah parah, mereka kini menebang kayu dengan memakai mesin yang lebih canggih.
Benar saja, tak hingga satu bulan pepohonan di atas bukit itu telah habis, yang ada hanyalah bibit – bibit kecil yang sedang berkembang. Hingga tibalah suatu hari yang sangat mengerikan itu. Hujan turun dengan sangat derasanya. Hujan itu bahkan terus berlangsung selama 3 hari 3 malam. Pada malam harinya dikala sang kakek tengah tertidur lelap, dia mendengar bunyi gemuruh yang sangat besar, tetapi lantaran kantuknya yang sangat luar biasa akibat kelelahan menanam pohon ia terus tertidur.
Keesokan paginya betapa terkejutnya sang kakek saat melihat tanah yang ada di sekitar rumahnya amblas, lalu beliau melihat ke arah perkampungan penduduk dia pun melihat suatu pemandangan yang sanat mengerikan, desa kecil yang berada sempurna di bawah bukit itu sekarang telah hilang tertimbun tanah. Sang kakek pun merasa sedih lantaran perjuangan yang ia lakukan selama ini tidak mampu mencegah peristiwa yang ia takutkan itu. Meskipun begitu sang kakek bersyukur ia satu – satunya yang selamat dari insiden itu. beliau merasa bahwa alamlah yang telah menolong dirinya. Semanjak peristiwa itu, ia terus menanam bibit pohon di hutan.
Terselamatkan oleh Alam
Pada suatu hari yang sangat tenang dan hening, dimana burung berkicau dengan suka cita dan pepohonan sedang bermain dengan angin menari – nari ke sana kemari hingga menghasilkan gerakan yang sangat indah. Namun, ketenangan itu kini terusik dengan bunyi mesin yang merong – rong memilukan hati, dan juga suara gemuruh dari pepohonan yang tumbang.
Tak jauh dari tempat tersebut, tinggalah seorang kakek yang sangat tua dan renta. Ia terbangun dari tidur siangnya akibat dari bunyi yang memekikan telinga itu. Dengan segera sang kakek berdiri dari bangku bambunya dan menuju sumber bunyi tersebut.
“Hey kalian hentikan perbuatan itu,” teriak sang kakek kepada gerombolan penebang kayu itu.
Tetapi, para penebang kayu di dalam hutan itu tidak menggubris sedikitpun perkataan kakek. sesudah berusaha dengan sekuat tenaga, sang kakek berhasil mendekat ke arah penebang kayu. dia pun menghentikan penebangan tersebut dengan berdiri di akrab gergaji mesin itu.
“Apa yang kau lakukan Pak bau tanah, apa kau mau cari mati,” teriak salah seorang di antara mereka.
“Aku tidak akan membiarkan kalian terus menebang pepohonan di hutan ini. Apakah kalian tidak mengetahui bahwa aneka macam makhluk hidup yang sangat bergantung dengan mereka. Apakah kau juga tidak mengetahui akhir yang akan terjadi kalau semua pohon di sini habis kau tebangi,” teriak kakek itu.
Para penebang pohon yang merasa terganggu dengan kehadiran sang kakek merasa kesal, bahkan mereka membawa sang kakek dengan paksa untuk menjauhi lokasi tersebut.
Pohon yang mereka tebangi merupakan daerah hutan yang berada di atas bukit. Hutan tersebut pada mulanya sangat asri, tetapi semenjak kehadiran perusahaan Furniture di bawah kaki bukit itu, banyak orang berbondong – bondong menebang kayu untuk dijual.
Sang kakekpun tidak tinggal membisu, segera beliau pergi menemui kepala desa. dia mengadukan semua kejadian itu. Namun, bukannya kepala desa itu membantunya, ia malah menyarankan sang kakek untuk pindah dari rumahnya dan tinggal di bawah bukit seolah-olah mereka.
Mendengar balasan tersebut sang kakek merasa kecewa, dia tidak menyangka ternyata orang – orang di sini juga ikut terlibat dengan acara yang sangat memalukan itu. Dengan hati yang pedih kakek itu menuju rumahnya. Di sepanjang jalan ia bengong dan mengingat kembali periode – abad kecilnya. kurun dimana dia dan teman – temannya bermain di bukit itu. banyak sekali hewan yang mereka temui, seperti burung dan rusa. Mereka juga selalu menjaga hutan itu. Tak jarang dikala sang kakek kecil, beliau dan sahabat – temannya sering bertengkar dengan pemburu hutan. Namun kini, jaman telah berubah, hutan telah menjadi gundul dan hewan – binatang telah kehilangan tempatnya. Musuh mereka yang dahulu pemburu kini bermetamorfosis penebang kayu.
Hal yang menambah kesedihan kakek itu ialah tiada lagi perjaka – pemuda yang peduli dengan hutan, bahkan merekalah yang menjadi pemain drama di balik kehancuran hutan. sehabis berjalan dengan cukup lama sang kakek pun tiba di rumahnya. Ia pun duduk di dingklik bambunya dan mencari jalan keluar untuk menghentikan itu semua.
“Aku tidak bisa menghentikan para penebang kayu, kalau begitu aku akan menanam pepohonan. jika mereka merubuhkan satu, akau akan menanam sepuluh,” ujar kakek tersebut.
Mulai dari hari itu sang kakek terus menanam pepohonan. Hari telah berganti, pepohonan di atas bukit telah hampir habis, dan pohon – pohon yang kakek tanam masih kecil. Perbuatan kakek ini dilihat oleh para penebang kayu itu, tetapi hati mereka tidak juga tergugah, malahan mereka menginjak – nginjak bibit yang kakek itu tanam. kejadian tersebut semakin bertambah parah, mereka kini menebang kayu dengan memakai mesin yang lebih canggih.
Benar saja, tak hingga satu bulan pepohonan di atas bukit itu telah habis, yang ada hanyalah bibit – bibit kecil yang sedang berkembang. Hingga tibalah suatu hari yang sangat mengerikan itu. Hujan turun dengan sangat derasanya. Hujan itu bahkan terus berlangsung selama 3 hari 3 malam. Pada malam harinya dikala sang kakek tengah tertidur lelap, dia mendengar bunyi gemuruh yang sangat besar, tetapi lantaran kantuknya yang sangat luar biasa akibat kelelahan menanam pohon ia terus tertidur.
Keesokan paginya betapa terkejutnya sang kakek saat melihat tanah yang ada di sekitar rumahnya amblas, lalu beliau melihat ke arah perkampungan penduduk dia pun melihat suatu pemandangan yang sanat mengerikan, desa kecil yang berada sempurna di bawah bukit itu sekarang telah hilang tertimbun tanah. Sang kakek pun merasa sedih lantaran perjuangan yang ia lakukan selama ini tidak mampu mencegah peristiwa yang ia takutkan itu. Meskipun begitu sang kakek bersyukur ia satu – satunya yang selamat dari insiden itu. beliau merasa bahwa alamlah yang telah menolong dirinya. Semanjak peristiwa itu, ia terus menanam bibit pohon di hutan.
0 Response to "Contoh Cerpen tentang Lingkungan Hidup"
Post a Comment